setiap pagi selama saya kerja praktek, saya selalu melalui jalan yang sama.
lewat tol bintaro, keluar pondok indah, lewatin PIM, lewatin sekolah binus internasional, lewatin kereta api, terus masuk ke perkantoran saya.
suatu hal yang menurut saya tidak dapat saya temukan di perjalanan dari rumah saya ke kampus saya.
dan setiap pagi pun saya melihat rutinitas yang sama di sini.. dan membuat saya terbayang aja dan berfikir dan belajar mengenai suatu hal.
seperti yang saya katakan sebelumnya kalau setiap hari, saya keluar di pintu tol pondok indah. dan di perempatan lampu merah saat saya keluar tol pondok indah,
setiap hari saya melihat seorang lelaki berumur memakai topi dan pakaian lusuh. tubuhnya kurus dan ia terlihat kepanasan dengan terik matahari yang semakin menyengat.
tetapi ia terus tersenyum dan menawarkan koran TEMPO yang ia jualnya ke setiap mobil yang sedang mengantri lampu merah. Koran yang ia pegang masih cukup banyak. Puluhan mungkin.
Itu masih belum seberapa, di pinggir jalan masih ada tasnya yang berisi koran juga. Membuat saya berfikir, apakah koran itu akan habis hari ini?Pagi ini saya melihat dia tersenyum dengan seorang anak kecil pengamen, memindahkan koran ke tangan anak kecil itu. Lalu dia menuju tas nya, mengambil korannya dan menghitungnya. Tak lama kemudian ia menatap kosong ke depannya dengan muka cukup resah dan sedih.
Membuat saya ingin membantunya..
Yang bisa saya lakukan adalah membeli koran yang ia jualnya..
tidak jauh dari sana saya juga melewati bunderan. kalo saya menyebutnya bunderan pondok indah.
setiap hari di sana selalu saja macet dulu dan begitu banyak motor yang lalu lalang. baik di samping kanan kiri mobil saya maupun depan belakang. tak jarang hal ini membuat saya stres setiap hari saya ke kantor.namun pagi ini, saya sadar satu hal kalau mereka juga ingin cepat2 menuju ke kantor mereka, melakukan rutinitas yang biasa mereka lakukan. dan tentunya dengan semangat mereka membawa motor mereka melaju dan rela berdesak2an dengan pengendara motor yang lainnya.
menyebalkan memang terkadang melihat mereka, namun jika saya berfikir sebaliknya -berfikir lebih positif- saya bisa memaklumi mereka yang lalu lalang seramai itu.
pagi ini saya juga melihat si bapak tukang sapu jalanan. biasanya ia terlihat sekilas saja oleh saya. tapi hari ini membuat saya memperhatikan dia.
lalu terfikirkan oleh saya kalau seorang tukang sapu jalanan saja yang setiap hari "makan debu" di jalanan masih sesemangat itu untuk menyapu jalanan, melakukan tugasnya yang setiap hari ia lakukan.
sedangkan saya. masih saja suka malas2an kalau ada tugas dari kampus sekalipun, padahal tempat yang tempati jauh lebih bersih dari yang ia tempati. bahkan sering kali menggerutu, bukannya senang2 aja. membuat saya menyadari sesuatu pagi ini.
selain itu, ada saja lagi suatu kejadian yang membuat saya menyadari suatu hal.
pagi ini saya tidak membeli koran yang dijual bapak tadi, oleh karena itu saya mau membeli koran di lampu merah sebelum kereta api. disana memang tiap hari macet juga. tapi begitu banyak tukang koran yang berjualan.
kali ini, tukang koran yang berjualan ada sekitar 4-5 orang dengan koran yang lebih beragam.
pernah terlintas dipikiran saya, apakah koran sebanyak itu bisa habis dalam waktu sehari dan apakah dengan banyak orang disana tidak menimbulkan perselisihan?pagi ini saya melakukan kesalahan, dimana saya memanggil salah satu penjual koran, padahal depan saya kosong dan membuat saya refleks injak gas.
sampai pada saat si penjual lari2 mengejar mobil saya, saya langsung sadar dan baru injak rem. bahkan saat itu, si abang penjual masih saja mengumbarkan senyumannya kepada saya.
saat koran sdh saya ambil, saya langsung tidak enak hati dengan si abang penjual. namun membuat saya sadar kalau ia pun semangat sekali menjual barang dagangannya sampai ia rela berlari2 di pagi hari dengan mambawa koran yang begitu banyak di tangannya..
setelah itu, saya mencoba menghadapi kerja praktek saya dengan senyuman. dengan semangat yang membara. dengan harapan kalau saya bisa mendapatkan pekerjaan di kantor dan mengerjakannya dengan sepenuh hati.
walaupun sering kali pekerjaan yang diberikan hanya sedikit dan dapat saya selesaikan dengan waktu singkat.bukan masalah apa jabatanmu di perusahaan. atau bukan masalah apa pekerjaanmu. atau bahkan -terkadang- bukan masalah berapa banyak imbalan yang akan didapatkan. tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita mengerjakan pekerjaan yang ada dengan sepenuh hati dan dengan semangat yang membara.
bahkan sebuah senyuman yang diberikan kepada seseorang pun sangatlah berharga nilainya. bahkan mungkin tidak dapat ternilai.
di saat saya melihat senyuman2 si tukang penjual, sungguh membuat hati saya sejuk dan senang melihat mereka. membuat saya kagum kepada mereka kalau mereka masih bisa bertahan dan tersenyum dengan keadaan yang mungkin sedang menyulitkan mereka ataupun membuat mereka jengkel.
senyuman yang diberikan pun membuat saya mau tidak mau ikut tersenyum, dan tanpa disadari dalam satu hari penuh itu pun bisa saja saya tersenyum kepada orang lain dan membuat orang lain yang melihat terberkati.
sungguh sebuah pelajaran yang saya dapatkan selama saya kerja praktek, yang mungkin tidak semuanya merasakan hal ini.
regards,
agnes.susanto
Bagus, kawan postingannya. Boleh dah filosofinya. Kayak filsuf aja. Hahahaha....
ReplyDeletejust kidding, guyz!!!!!!
Btw, Keep writing, guyz!!!!!!
PS: check my blog
www.emmanuelthespecial.blogspot.com