Well hello again, everyone!
How is your weekend?
Sebenarnya ini mau gue tulis di weekend kemarin.
Tapi berhubung modem di rumah rusak, apa daya gue harus menunda ide2 gue sampe Monday come again.
Lagian kalau weekday mau nulis nya lebih enak, di kantor ada komputer yang lebih bisa nyaman untuk gue menulis. Hahaha..
Kalo di rumah, privacy nya agak kurang karena ada adek gue yang suka ngeloyor ke sana sini. Hahahahaa..
So, actually di dalam weekend kemarin gue struggle.
Iya, struggle untuk deal with dengan seseorang yang dulu nya adalah orang penting dalam diri gue,
yang tadi nya dia juga masih mau ada di dalam hidup gue even sebagai teman, dan sekarang malah berubah menjadi orang yang sepertinya orang paling sinis sama gue.
Well, gue gak tau ini apakah gue yang galau atau kah dia yang galau..
Atau mungkin sebenarnya dia gak sebegitu nya sayang kok sama gue.
Karena in someway gue tau, orang yang bener2 sayang sama lu, gakan pernah menyakiti lu apapun caranya.
Isn't it?
Oke, singkatnya di dalam kasus ini, gue sendiri udah evaluasi dengan diri gue,
dan yak gue akui mungkin gue ada salah ke dia.
Mungkin ada hormon wanita yang sedang bermain kemarin ini (oke okee, ceritanya gue lagi kedatengan si tamu bulanan yang rajin dateng ituu..)
Tapi again, gue di bilang nyalahin keadaan.
Jadi wondering, para wanita diluar sana ada gak ya yang pernah emosi nya ke sana kemari, dan pikirannya ke sana kemari kalau lagi mau kedatengan si tamu itu?
Atau cuman gue doang?
Jadi, gue sudah mengakui kesalahan gue, tapi tetap gue disalahkan terus. Yang gue tau dia mau nya gue berubah dalam waktu singkat, oke oke. Ini untuk kebaikan gue juga. Tapiii....
Kalau seseorang mau merubah lu atau mau mengajar lu ke arah yang lebih baik, dia akan merubah lu dengan kasih dan cinta.
Bukan dengan emosi negative, menyalahkan dan marah-marah.
Seseorang gak akan pernah belajar kalau gak dikasih tau terang-terangan apa kesalahannya. Oke gue setuju di tahap ini kalo emosi kemarahan ikut campur.
Tapi untuk merubah seseorang dalam waktu singkat dan dengan emosi, no nooo.. orang itu gak akan pernah belajar untuk berubah, karena bukannya di guide, dia malah dikasih contoh yang buruk.
Dan as you know, untuk merubah seseorang itu gak mudah, gak kayak mie instan. So, actually you have to deal with it. Manusia memang di ciptakan beda-beda untuk dijadiin warna warni di kehidupan bukan?
(cie elah, bahasa gue jadi berat)
Dan kemarin gue iseng2 aja buka renungan harian online. Dan gue suka banget mengenai renungannya (note: gue juga bukan Kristiani, tapi untuk belajar, kita bisa belajar dari semua agama. Selama apa yang dipelajari baik, why not? :) ):
"Jika kita mengasihi seseorang seperti Kristus mengasihi kita, kita akan
bersedia mengampuninya. Jika kita sudah mengalami kasih karunia Allah,
kita akan meneruskannya kepada orang lain. Dengan menyadari bahwa Yesus
telah mengampuni utang dosa kita sepenuhnya, kita memiliki motivasi yang
kuat untuk mengampuni kesalahan dan pelanggaran orang lain. Bila kita
tidak mengampuni orang lain, berarti kita menempatkan diri di atas dan
di luar hukum kasih Kristus. Jadi, bersediakah kita mengampuni siapa
saja yang telah melukai hati kita?"
Well, renungan itu coba di baca ulang deh.
Apakah kalian bisa mengampuni yang udah melukai hati kalian?
Bukan sekedar di mulut aja kalau kalian sudah maafin, tapi benar2 dari hati.
Semua itu bisa keliatan dari apa yang kalian perbuat terhadap orang itu.
Again, kalau kalian benar2 sayang dan sudah memaafkan orang itu, kalian bisa nunjukin sifat dan sikap yang lebih positif ke mereka.
Kalau belum, yaaa yang kalian tunjukan adalah kebalikannya.
Jadi, cara apa yang akan kalian pakai untuk 'mengajar' seseorang?
Love,
Agnes S.
No comments:
Post a Comment